Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional
karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di
Indonesia rata-rata akan mengalami diare 2-3 kali per tahun. Dengan
diperkenalkannya oralit, angka kematian akibat diare telah sangat
menurun. Namun demikian, balita yang mengalami gizi kurang masih cukup
tinggi, yang antara lain dapat merupakan akibat penyakit diare pada
anak. Berikut akan dijelaskan secara ringkas mengenai pencegahan dan
pengobatan diare di rumah.
Pola buang air besar pada anak
Pada
umumnya, anak buang air besar sesering-seringnya 3 kali sehari dan
sejarang-jarangnya sekali tiap 3 hari. Bentuk tinja tergantung pada
kandungan air dalam tinja. Pada keadaan normal, tinja berbentuk seperti
pisang. Dilihat dari kandungan airnya bentuk tinja bervariasi mulai dari
“cair” (kadar airnya paling tinggi, biasanya terjadi pada diare akut),
“lembek” (seperti bubur), “berbentuk” (tinja normal, seperti pisang),
dan “keras” (kandungan air sedikit seperti pada keadaan sembelit). Pada
bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minum ASI, frekuensi buang air
besarnya lebih sering lagi, yaitu bisa 8-10 kali sehari dengan tinja
yang encer, berbuih dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat
normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi
laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.
Warna
tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi dapat bervariasi
tergantung makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu diperhatikan adalah
bila tinja berwarna merah (mungkin darah) atau hitam (mungkin darah
lama/beku) atau putih seperti dempul (pada penyakit hati).
Kapan disebut diare ?
Anak
dinyatakan menderita diare bila buang air besarnya “lebih encer” dan
“lebih sering” dari biasanya. Tinja anak diare dapat mengandung lendir
dan darah, tergantung pada penyebabnya. Gejala ikutan lainnya adalah
demam dan muntah. Kadangkala gejala muntah dan demam mendahului gejala
mencretnya.
Gejala yang timbul akibat penyakit diare
Karena
terjadinya mencret dan muntah yang terus menerus, pada awalnya anak
akan merasa haus karena telah terjadi dehidrasi (kekurangan cairan
tubuh) ringan. Bila tidak ditolong, dehidrasi bertambah berat dan
timbullah gejala-gejala: anak tampak cengeng, gelisah, dan bisa tidak
sadarkan diri pada dehidrasi berat. Mata tampak cekung,
ubun-ubun cekung (pada bayi), bibir dan lidah kering, tidak tampak air
mata walaupun menangis, turgor berkurang yaitu bila kulit perut dicubit
tetap berkerut, nadi melemah sampai tidak teraba, tangan dan kaki teraba
dingin, dan kencing berkurang. Pada keadaan dehidrasi berat nafas
tampak sesak karena tubuh kekurangan zat basa (menderita asidosis). Bila
terjadi kekurangan elektrolit dapat terjadi kejang.
Prinsip pengobatan diare
Penyakit
diare dapat mengakibatkan kematian bila dehidrasi tidak diatasi dengan
baik dan dapat mencetuskan gangguan pertumbuhan (kurang gizi) bila tidak
diberikan terapi gizi yang adekuat. Sebagian besar diare pada anak akan
sembuh sendiri (self limiting disease) asalkan dicegah terjadinya dehidrasi yang merupakan penyebab kematian. Oleh karena itu, prinsip pengobatan diare adalah:
- Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
- Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus dilanjutkan, termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak diperlukan penggantian susu formula.
- Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotik dapat menyebabkan diare kronik.
Pengobatan dimulai di rumah ?
Bila
anak menderita diare dan belum menderita dehidrasi, segera berikan
minum sebanyak 10 ml per kilogram berat badan setiap kali mencret agar
cairan tubuh yang hilang bersama tinja dapat diganti untuk mencegah
terjadinya dehidrasi, sehingga mencegah terjadinya kematian. Sebaiknya
diberikan cairan oralit yang telah tersedia di pasaran saat ini seperti oralit 200 ml, oralit I liter, Oralit-200 dan Pharolit-200 dan juga larutan oralit siap minum seperti Pedialyte dan Renalyte.
Bila tidak tersedia, dapat pula digunakan larutan yang dapat dibuat di
rumah seperti larutan garam-gula atau larutan garam-tajin (lihat Tabel
1).
Tabel 1. Cara membuat larutan garam-gula dan larutan garam-tajin
Larutan Garam-Gula
|
Larutan Garam-Tajin
|
Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 ml) air matang.
Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan garam-gula yang siap digunakan.
| Bahan terdiri dari 6 (enam) sendok makan munjung (100 gram) tepung beras, 1 (satu) sendok teh (5 gram) garam dapur, 2 (dua) liter air. Setelah dimasak hingga mendidih akan diperoleh larutan garam-tajin yang siap digunakan. |
Bila telah terjadi
dehidrasi, minumkanlah oralit 50-100 ml (tergantung berat ringannya
dehidrasi) per kilogram berat badan dalam 3 jam untuk mengobati
dehidrasi dan bila masih mencret oralit terus diberikan seperti di atas,
yaitu 10 ml per kilogram berat badan setiap mencret (lihat Tabel 2).
Bagaimana
mengetahui keadaan anak membaik dan tidak perlu dibawa ke dokter? Tentu
saja dengan melihat adanya perbaikan dari gejala-gejala yang disebutkan
di atas. Kesadaran anak membaik, rasa hausnya akan menghilang, mulut
dan bibirnya mulai membasah, kencing banyak, dan turgor kulit perutnya
membaik.
Kapan dirujuk ke puskesmas atau dokter ?
Anak dirujuk ke puskesmas atau dokter bila:
- Muntah terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit tidak bermanfaat
- Mencret yang hebat dan terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit kurang berhasil
- Terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor kurang, tangan dan kaki dingin, tidak sadar).
Pencegahan diare
Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger.
Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan
memutus rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan
adalah:
- Penyiapan makanan yang higienis
- Penyediaan air minum yang bersih
- Kebersihan perorangan
- Cuci tangan sebelum makan
- Pemberian ASI eksklusif
- Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)
- Tempat buang sampah yang memadai
- Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
- Lingkungan hidup yang sehat
Tabel 2. Pengobatan diare di rumah
Derajat dehidrasi
|
Jenis
cairan
|
Jumlah
cairan
|
Jadwal pemberian
|
Belum dehidrasi |
|
|
|
Dehidrasi ringan |
|
|
|
Dehidrasi sedang |
|
|
|
Dehidrasi berat | Segera dibawa ke Puskesmas atau RS karena anak perlu mendapat infus |
Penutup
Diare
pada anak dapat menyebabkan kematian dan gizi kurang. Kematian dapat
dicegah dengan mencegah dan mengatasi dehidrasi dengan pemberian oralit.
Gizi kurang dapat dicegah dengan pemberian makanan yang memadai selama
berlangsungnya diare. Peran obat-obatan tidak begitu penting dalam
menangani anak dengan diare. Pecegahan dan pengobatan diare harus
dimulai di rumah.
Sumber : idai.or.id