Di antara berbagai pilihan metode kontrasepsi, pil KB mungkin adalah
yang paling populer selain kondom. Dokter sering menyarankannya karena
memiliki efektivitas sangat tinggi untuk mencegah kehamilan (hampir 100%
untuk jenis pil kombinasi). Wanita usia subur juga menyukainya karena
praktis, tidak perlu ada yang dikenakan atau dipasang. Selain itu, pil
KB memiliki manfaat lain seperti mengurangi risiko pertumbuhan kista
rahim dan tumor payudara serta berdampak positif pada kulit dengan
mengurangi jerawat dan memperhalus kulit.
Namun, di balik kelebihan-kelebihan tersebut, pil KB tampaknya perlu diwaspadai. Pil KB dapat meningkatkan risiko trombosis (pembekuan darah), terutama jenis yang memakai drospirenon (progesteron
sintetis yang sangat mirip dengan progesteron alami). Trombosis di
pembuluh darah berbahaya, bahkan berpotensi mematikan, karena dapat
bermigrasi ke paru-paru atau otak, menyebabkan embolisme paru dan stroke.
Risiko tertinggi terdapat pada wanita berusia di atas 35 tahun yang
merokok. Faktor risiko lainnya adalah obesitas dan riwayat keluarga trombosis dan tromboembolisme.
Keprihatinan
mengenai kenaikan risiko trombosis oleh pil KB berbasis drospirenon ini
sebenarnya sudah cukup lama disuarakan, namun tampaknya baru mencapai
puncaknya beberapa bulan terakhir ini. Setelah lebih dari 11.000
tuntutan hukum diajukan atas berbagai masalah kesehatan terkait
kontrasepsi ini, badan pengawas obat dan makanan AS (FDA) beberapa waktu
lalu memerintahkan agar setiap produk pil KB yang berbasis drospirenon
memuat peringatan mengenai risiko tersebut dalam kemasannya.
FDA
mengutip beberapa studi epidemiologi yang menunjukkan bahwa kontrasepsi
berbasis drospirenon meningkatkan risiko trombosis sampai 300%
dibandingkan pil KB jenis lain. Lebih lanjut, otoritas kesehatan itu
menekankan bahwa risiko trombosis penggunaan pil KB meningkat pada
kehamilan, tidak peduli apakah produknya mengandung drospirenon atau
tidak.
Di dunia, produsen utama pil KB berbasis drospirenon adalah
Bayer. Produk-produk Bayer yang berbasis drospirenon dengan merek
seperti Yasmin, Yaz dan Yasmin Elle’ve
sangat populer di dunia, dengan penjualan global tahun 2011 mencapai
1,07 miliar euro (sekitar Rp10 triliun). Dengan perkembangan terakhir,
Bayer AS kini menghadapi rentetan tuntutan hukum atas masalah-masalah
kesehatan yang dikaitkan dengan penggunaan produk-produk tersebut.
Sumber: Spiegel online