ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT DATANG DI RS. AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA, Alamat : Jl. Jend. M. Jusuf No. 57 A Makassar, Telepon : (0411)3617343,3620279,3620280, Fax : (0411)3613914. SEMOGA LEKAS SEMBUH

Sejarah Berdirinya Rumah Sakit

Pada suatu hari tahun 1962, Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XIV/ Hasanuddin Kolonel M. Jusuf memanggil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin di Makassar (dulu, kini Ujungpandang) dr R.A Ma’roef ke bandar udara Mandai sebelum bersangkutan terbang ke Jakarta.


Ia menginstruksikan kepadanya agar menyiapkan konsep pembangunan sebuah rumah sakit akademis yang didirikannya di Kota Makassar. “Saya haraf konsep tersebut sudah ada begitu saya kembali ke sini nanti,” ujar Jusuf kepada dokter muda itu.

“sebetulnya saya hanya meminta agar kami, Fakultas kedokteran Unhas, diberi tempat dimana kita berpraktek, tetapi pak Jusuf langsung saja berniat mendirikan rumah sakit akademis,” cerita Prof. Dr. Ma’roef hampir tigapuluh tahun setelah peristiwa tersebut. Seperti diketahui, pada tahun 1962 kota Makassar dalam keadaan serba kekurangan – baik kekurangan obat –obatan, tenaga medis, perawat dan juga obat- obatan, jadi perintah dari Pangdam disatu pihak melegakan dan disambut sukacita, tetapi perintah untuk segera menyelesaikan konsep dalam waktu singkat juga merepotkan.

Jelaslah yang kelabakan tentu adalah sang dekan sendiri. Bagaimana membuat rancangan sebuah rumah sakit baru dalam beberapa hari ?

Dr. Ma’roef ketika itu selain menjabat Dekan, juga aktif sebagai internist (ahli penyakit dalam) di RS. Pelamonia (dahulu dikenal sebagai rumah sakit tentara) dan juga RS. Stella Maris. Bersama Ir Ang yang ketika itu bekerja di PU, cepat- cepat disiapkan konsep rumah sakit tipe B dengan beberapa masukan (input) dari rumah- rumah sakit yang ada di ujungpandang ketika itu. Gambar itu jadi juga, karena semua digabungkan lagi dengan pengalaman dr. Ma’roef sewaktu tinggal di Eropa dahulu, baik mengenai arah angin maupun hal- hal yang kelihatan keceil seperti tata ruangan yang baik sehingga tidak kelihatan sumpek dan juga koridor- koridor yang lebar. “Dan semua itu harus dikerjakan dalam over night” cerita dr Ma’roef. Ia amat setuju dengan prinsip Jusuf yang kokoh : act tells more than words, kerja lebih bercerita dari pada omongan belaka. Dan itu terbukti benar.......

Jadi begitu Panglima Jusuf kembali dari Jakarta, dengan mantap Ma’roef menunjukkan sebuah maket/ denah rumah sakit seolah- olah hasil rancangan asli. Tetapi tidak menjadi masalah karena Jusuf tidak menanyakannya, apabila Pangdam itu juga cukup puas dengan gambar tersebut. Buktinya ia langsung memerintahkan agar rumah sakit itu segera dibangun. Lokasinya telah ditentukan, yaitu sebuah kuburan cina tua yang terletak disamping pasar sentral, kota Makassar.

Pertimbangan lokasi di kota telah dipikirkan secara matang. Pertama lokasinya dekat pasar Sentral yang adalah juga pusat dari angkutan kota maupun dari luar kota sehingga pasien dan pengunjung lain mudah mencapainya. Yang kedua, adanya kuburan ditengah kota dianggap tidak patut lagi dari segi tata kota sehingga lahannya lebih baik dimanfaatkan untuk kepentingan umum.

Peletakan batu pertama dilakukan pada 10 Juli 1962 oleh M. Jusuf Sendiri. Turut menyaksikan Rektor Unhas (waktu itu) Prof. Arnold Mononutu dan Kepala Depkes Sulawesi Selatan/ Tenggara Dr. Siregar.

Adalah dr Ma’roef sendiri mengusulkan agar Rumah Sakit akademis itu memakai nama dari Putra Jusuf, Jaury Jusuf Putera, yang meninggal hampir dua tahun sebelumnya akibat tetatus yang tidak bisa terobati karena kelangkaan obat awal tahun 1960- an. Ketika ia meletakkan batu pertama pembangunan rumah sakit akademis M. Jusuf menegaskan bahwa rumah sakit akademis tersebut mempunya tiga misi utama.

Pertama, sebagai rumah sakit akadeis mahasiswa kedokteran (teaching hospital).

Kedua, Sebagai memorial hospital.

Ketiga, sebagai tempat pertolongan bagi masyarakat yang memerlukannnya, tanpa memandang golongan, keturunan, pangkat atau kemampuan membayar.

Kini, 3i tahun setelah peletakan batu pertama pembangunan dilakukan ; misi tersebut tidak pernah lepas darinya. Rumah Sakit akademis (RSA) Jaury Jusuf Putera sejak beroperasi penuh satu tahun setelah batu pertama diletakkan, kemudian menjadi tempat praktek bagi ribuan calon- calon dokter lulusan FK Unhas. Menurut catatan, sampai tahun 1993 ini telah 1800 orang dokter berhasil diluluskan berkat adanya rumah sakit akademis tersebut. Sebelum ada RSA Jaury, para calon dokter itu harus berpraktek di Surabaya atau malahan di Jakarta yang jelas lebih mahal biayanya. Ini adalah berkat fungsi sebagai rumah sakit akademis. M. Jusuf juga bertekad untuk menjalankan atau mengoperasikan rumah sakit itu tanpa meminta bantuan dana dari pemerintah, walaupun secara de facto adalah rumah sakit akademis satu- satunya bagi FK- Unhas.

Tekad tanpa pamrih dari M. Jusuf juga diikuti dengan semangat yang tanpa pamrih pula dari para dokter atau paramedis yang mula- mula bekerja di rumah sakit tersebut. Tigapuluh tahun sesudahnya dr. Ma’roef menceritakan betapa mereka bekerja tanpa mengharafkan honor atau gaji yang memadai.

Sebagai tempat yang memberi pertolongan bagi masyarakat yang memerlukannya, RSA Jaury telah menolong ribuan orang yang sakit tetapi tidak mampu untuk berobat di rumah sakit swasta atau tidak memperoleh tempat perawatan di rumah sakit pemerintah. Banyak pasien yang datang dari wilayah perdalaman mendapat pengobatan yang maksimal dari rumah sakit tanpa harus membayar uang muka perawatan. Tidak ada istilah pasien yang ditolak hanya karena alasan tidak mempunyai biaya. Menurut Jusuf, rata- rata 42 persen dari total pasien yang dirawat atau berobat di rumah sakit itu adalah orang- orang yang tidak mampu membayar pengobatannya.

Misi dan motto pertama RSAJ ini, yaitu sebagai rumah sakit peringatan (memorial hospital) justru hanya terlihat dari nama dan sebuah patung ukuran yang sedikit lebih besar dari yang sebenarnya dari Jaury yang berumur sekitar 4 tahun. Patung yang memancarkan wajah seorang anak yang lincah dan cerdas diletakkan pada ruangan tamu utama kompleks rumah sakit tersebut. Posisi anak dengan celana panjang dan kedua tangan dengan mantap diletakkan ke kedua saku mampu menangkap ekspresi anak yang polos. Dibagian kaki, tertulis nama anak itu yang adalah reproduksi dari tulisan asli tangannya. Pembuat patung itu, Abdul aziz, sebetulnya seorang pelukis dari Bali, tetapi ia mampu mengekspresikan Jaury secara tepat Walaupun ia mengambil model dari fotonya saja.

Tidak jauh dari patung yang diterangi oleh lampu kristal yang terang, pada salah satu dindingnya terpasang batu prasasti peletakan batu pertama kompleks RSA Jaury tahun 1962 dahulu. Jadi selain namanya yang diabadikan pada nama rumah sakit tersebut, kenangan yang ada mengenai RSA Adalah patung itu sendiri. Ruangan tempat patung itu berdiri dan ruangan ruang Tamu VIP mungkin adalah satu-satunya bagian mewah dari kompleks rumah sakit akademis tersebut.

Pengurus rumah sakit, para dokter dan juru perawat pada awalnya diambil dari sumber daya manusia yang ada di kota Makassar, baik dokter dari rumah sakit umum, doter yang mengakar di FK Unhas maupun dokter militer dari rumah sakit pelamonia yang tadinya dikenal sebagai Rs Teritorial VII. Bahkan ada juru rawat dari RS Teritorial VII. Bahkan ada juru rawat dari RS lain seperti Stella Maris yang nyambi bekerja di rumah sakit akademis itu.

Walaupun prioritas utama adalah pemberian pertolongan tanpa mempertimbangkan biaya yang harus ditanggung, tetapi tidaklah berarti bahwa manajemen rumah sakit tidak ditata dengan baik. Dengan pengaturan yang ketat, RSA Jaury pada tahun 1970 an sudah bisa dikatakan self-sustain, mandiri dalam artian bisa menghidupi pergerakan rumah sakit (operasional, pemeliharaan gedung, pemeliharaan peralatan) dari pendapatannya sendiri.

Perkembangan RSA Jaury memasuki tahapan penting pada tahun 1991 lalu. Pada waktu itu, Ketua Yayasan RSA Jaury M. Jusuf memutuskan untuk melakukan rehabilitasi besar- besaran seluruh pembangunan fisik dan peralatan yang ada. Memang sejak dioperasikan pertama kali tahun 1963, rumah sakit akademis tersebut secara parsial terus diperbaiki atau ditambah peralatannya, tetapi agaknya itu tidak mampu mengejar kebutuhan yang ada, sejalan dengan semakin besarnya pasien yang berobat dan semakin banyaknya calon- calon doter dari FK Unhas yang berpraktek disana. Beberapa peralatan baru dan ruangan- ruangan pengobatan khusus seperti ruangan operasi dab ICU dibangun antara saat itu sampai tahun 1991. Malahan ruangan sekelas dengan super Vip juga ditambahkan pada kompleks RSA Jaury, tetapi tetap saja belum memenuhi permintaan masyarakat yang semakin besar.

Pada dasarnya rehabilitasi dan penambahan kemampuan RSA Jaury tahun 1991 tersebut dibagi atas beberapa tahap besar. Yang pertama, merombak dan membangun kembali hampir semua gedung perawatan dan pemeriksaan dalam susunan dan letak yang baru sama sekali. Kedua, menambah peralatan pengobatan yang paling mutakhir. Ketiga, melakukan pembinaan sumber daya manusia, baik tenaga medis, para medis maupun staf administrasi secara lebih sistematis dan sekaligus meningkatkan kemampuan profesional mereka. Keempat, membangun suatu pusat studi kedokteran (Center of medical Sciences) yang selengkap mungkin dalam lingkungan RSA Jaury, yang merupakan jenis yang pertama yang ada di kawasan timur Indonesia.
Yang jelas seluruh program yang monumental itu sama sekali tidak ada dukungan finansial dari pemerintah walaupun secara de facto rumah sakit itu adalah rumah sakit akademis.

Trik-Tips Blog Trick Blog