Sumber
|
:
|
Bisnis Indonesia, Minggu, 03
Juni 2012
|
| ||
Seiring dengan kemajuan bidang kedokteran,
kelainan mata pada anak dapat dideteksi sejak dini sehingga kemungkinan untuk
bisa sembuh lebih besar.
Sekitar 1,4 juta anak di dunia diperkirakan mengalami kebutaan, satu juta di antaranya tinggal di Asia dan 300.000 di Afrika dengan prevalensi mulai dari 0,3 per 1.000 anak usia 0-15 tahun di negara-negara maju hingga 1,5 per 1.000 anak di negara berkembang. Data dari Vision 2010 Action Plan 2006-2010, World Health Organization, juga menyebutkan 500.000 anak menjadi buta setiap tahunnya atau hampir sama dengan satu anak per menitnya. Penyebab utama dari kebutaan anak adalah katarak bawaan, kelainan refraksi, seperti rabun jauh atau silindris, retinopathy of prematurity (umumnya menimpa bayi yang lahir prematur), mata juling, tumor mata, glaukoma dan lain-lain. “Sebagian besar kondisi tersebut sebenarnya dapat ditangani dan disembuhkan apabila terdeteksi lebih dini. Mata anak dapat segera ditangani dan diharapkan dapat menjadi baik sebelum mulai bersekolah,” kata dokter spesialis mata Florence M. Manurung, Ketua Children Eye Care Jakarta Eye Center (JEC). Mata anak-anak memiliki tahap pertumbuhan. Sistem penglihatan anak berkembang pesat pada usia 18 bulan pertama dan kemudian menjadi sempurna pada usia 5 atau 6 tahun. Pada waktu lahir, bayi dapat melihat pola terang dan gelap tetapi fokus masih kabur. Bayi yang penglihatannya normal akan merespons wajah seseorang yang menatapnya dari jarak dekat. Pada usia 4-6 bulan, bayi akan menggerakkan kepalanya untuk mengikuti objek bergerak. Pada usia 6-8 bulan, bayi sudah bisa melihat warna secara lengkap dan kedua matanya sudah terkoordinasi dengan baik sehingga gerakan mata mulai terkontrol. Pada usia 8-12 bulan, bayi akan menggunakan kedua mata bersama-sama untuk menilai jarak dan seiring pertumbuhan anak, pada usia 1-3 tahun koordinasi tangan dan mata akan meningkat. Kepedulian JEC terhadap masalah mata pada anak diwujudkannya melalui seminar sehari JEC ke-9 dengan topic All You Need to Know about Children Eye Problem, belum lama ini. Tanda-tanda Florence mengatakan berbagai masalah mata dapat menimpa anak pada tiap pertumbuhannya. Oleh karena itu, katanya, orang tua perlu memahami tanda-tanda kelainan mata pada anak mereka. Tanda-tanda itu antara lain bila bayi jarang menggerakkan mata, tidak memicingkan atau menutup mata saat terkena sinar matahari yang cerah, atau kurang merespons wajah ibunya, maka ada kemungkinan bayi tersebut memiliki masalah penglihatan dengan matanya. Bila ada tanda-tanda itu, katanya, orangtuanya disarankan untuk segera memeriksakan ke ahli mata. Beberapa kelainan mata yang diderita anak usia di bawah 1 tahun umumnya bersifat bawaan, seperti retinopathy of prematurity (ROP), yaitu kondisi yang biasanya ditemukan pada bayi yang lahir prematur, retina belum terbentuk secara sempurna sehingga mudah rusak atau retina terlepas yang dapat menyebabkan kebutaan. Katarak infantil, yaitu kekeruhan di mata bayi yang baru lahir, biasanya ditemukan pada bayi yang lahir dari ibu yang mengidap infeksi campak Jerman atau toxoplasmosis. Glaukoma kongenital yaitu kondisi bawaan yang tekanan bola mata anak sudah meninggi sejak lahir. Hal itu disebabkan oleh gangguan sistem aliran cairan di dalam bola mata. Strabismus (mata juling) adalah salah satu kelainan mata yang dapat bersifat bawaan atau disebabkan oleh penyakit lain. Strabismus merupakan suatu kondisi garis penglihatan tidak paralel sehingga kedua mata tidak berfokus pada objek yang sama, salah satu mata dapat mengarah ke kanan, kiri, atas atau bawah sementara mata yang satunya tertuju ke arah lain. Bila terdeteksi lebih dini, strabismus dapat dikoreksi dengan menutup mata yang normal untuk memaksa mata yang tidak sinkron menjadi fokus. Selain itu, penggunaan kacamata dari lensa prima yang membiaskan cahaya supaya kedua mata menerima gambaran yang hampir sama atau pembedahan dapat dilakukan untuk penyelarasan mata. Kelainan mata lain yang sering ditemukan pada anak adalah ambliopia atau yang dikenal dengan mata malas, yaitu penurunan ketajaman penglihatan, biasanya akibat tidak tertanganinya kelainan mata ketika mata dan otak dalam masa perkembangan. Terapi ambliopia umumnya menggunakan teknik patching, yaitu menutup mata yang sehat dengan patch (alat penutup mata). Pasien harus beraktivitas selama menggunakan patch karena tujuan terapi adalah melatih mata ambliopia. Kelainan refraksi juga merupakan kasus yang banyak ditemui. Lensa mata tidak membiaskan cahaya dengan benar sehingga gambaran yang terbentuk terlihat kabur. Kelainan refraksi yang umum adalah rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisma atau silindris. |