Sumber
|
:
|
Investor Daily, Sabtu, 02
Juni 2012
|
| ||
Tiada terbantahkan bahwa serangan jantung
kini juga menimpa kaum muda. Mewaspadai beragam gejalanya adalah langkah bijak.
Segera pergi ke UGD jika tanda-tanda serangan itu tiba. Tapi jangan bimbang,
karena penyakit mematikan ini bisa disembuhkan, melalui operasi modern dibarengi
pengobatan teratur dan menjalani pola hidup sehat.
Penyakit jantung koroner hingga kini masih menjadi pembunuh nomor wahid di dunia. Kendati begitu, penyakit mysterious killer ini dapat diatasi melalui operasi bedah dengan beberapa teknologi kedokteran mutakhir. Namun, hasil penyembuhan tidak akan sempurna jika tidak diimbangi dengan pengobatan secara teratur dan modifikasi gaya hidup. Penyebab penyakit jantung koroner (PJK) berupa penyempitan dan penyumbatan arteri koroner. Hal itu terjadi akibat penumpukan zat lemak secara berlebihan di lapisan dinding pembuluh nadi koroner. Setelah lemak menumpuk, aliran darah akan tersumbat dan tidak mampu menuju jantung, sehingga mengganggu kerja jantung dalam memompa darah. Efek yang paling dirasakan, yakni hilangnya pasokan oksigen dan nutrisi menuju jantung, karena aliran darah ke jantung berkurang. Akibatnya, seseorang dapat meninggal secara mendadak. Tidak heran jika penyakit jantung koroner dijuluki sang pembunuh misterius (mysterious killer). Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Premier Jatinegara Jakarta Timur Pradana Tedjasukmana, menyebutkan, berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional 2007 Kementerian Kesehatan, di Indonesia prevalensi PJK sebesar 7,2% dari 14 juta orang Indonesia mengidap penyakit jantung. Penyakit mematikan ini sangat dipengaruhi oleh pola hidup dan kebiasan mengonsumsi makanan yang kurang sehat. Fakta tersebut terkait erat dengan kehidupan masyarakat urban di kota metropolitan, seperti Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia, yang selalu sibuk dan memiliki segudang aktivitas di dalam maupun di luar ruangan yang penuh paparan asap rokok maupun asap dari knalpot kendaraan bermotor. Menurut pria yang akrab disapa dokter Tedja itu, penyumbatan pembuluh darah secara nyata memperpendek kehidupan sekitar 8-12 tahun pada pasien berusia di atas 60 tahun. Sedangkan rata-rata harapan usia pria sehat bisa mencapai 20 tahun. Tedja dalam kesempatan itu membantah pendapat, bahwa upaya pencegahan PJK hanya berlaku untuk orang-orang berusia lanjut alias orang yang sudah berumur. ”Sangatlah salah mempercayai mitos yang menyebutkan bahwa PJK hanya dimiliki oleh orang tua berusia di atas 60 tahun dan tidak menyerang kaum muda,” ujar dia, di Jakarta, baru-baru ini. Dia lalu mengutip sebuah data dari hasil studi yang dijalankan selama 20 tahun menunjukkan, bahwa orang yang memiliki kolesterol tinggi sejak muda, memiliki risiko lebih tinggi terkena gangguan jantung di kemudian hari. Lebih lanjut Tedja mengingatkan, agar setiap orang mewaspadai jika tiba-tiba menderita sakit atau nyeri di dada yang berlangsung terus-menerus dengan intensitas tinggi selama lebih dari 15 menit. Jika hal itu terjadi, disarankan agar mereka segera masuk ke unit gawat darurat (UGD) rumah sakit, guna diperiksa dan deteksi kemungkinan adanya serangan jantung. Menurut Tedja, semakin dini terdeteksi akan semakin baik karena semakin cepat untuk diberikan tindakan. Hanya saja, sebagian besar pasien sakit PJK tidak selalu merasakan sakit di dada saat mengalami serangan jantung. Tanda-tanda yang harus diwaspadai sebagai gejala serangan jantung. Dia mencontohkan, gejala tersebut seperti sakit lambung atau maag, masuk angin atau gejala angin duduk, sakit di rahang kaku berat, atau susah bernapas seperti tercekik. Gangguan tidak khas ini seringkali dijumpai pada perempuan, orang usia lanjut, dan penderita diabetes. ”Pada ketiga pihak itu, serangan jantung bisa terjadi tanpa disertai sakit dada,” ujar dia. Upaya Pengobatan Menurut Pradana Tedjasukmana, pengobatan untuk PJK dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada intinya, semua pengobatan yang ada untuk PJK berfungsi untuk memperlebar jalur arteri (pembuluh darah) sehingga aliran darah bisa kembali lancar. Tidak hanya itu, Tedja mengatakan kematian akibat PJK bisa dicegah dikarenakan penyakit ini berhubungan dengan gaya hidup. Langkah itu antara lain mengurangi makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi, mengurangi atau bahkan berhenti sama sekali merokok, minum kopi terlalu sering, serta berolahraga secara teratur. “Di samping itu, mengonsumsi obat yang teratur akan membantu penyembuhan PJK. Manfaat dari obat lebih besar dari pada efek samping dari obat itu sendiri,” ujar Tedja. Sejawat Tedja yang juga dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Premier Jatinegara, Amin Tjubandi, menambahkan, saat ini penyembuhan PJK bisa melalui operasi bedah pintas koroner atau yang lebih populer disebut by pass jantung. Operasi ini dilakukan kepada penderita PJK yang biasanya menggunakan nadi yang sehat, biasanya diambil dari nadi di betis. Sedangkan operasi terdiri atas on pump, off pump, dan teknologi terbaru yang disebut Minimally Invasive Direct Coronary Artery Bypass Graffting (Midcab). “Penyembuhan PJK melalui operasi by pass jantung ini dapat berlangsung selama enam minggu, setelah itu pasien sudah bisa kembali bekerja. Biasanya, operasi bypass ini umumnya bertahan 8-15 tahun, namun harus didukung dengan obat-obatan dan modifikasi gaya hidup,” papar Amin |
Penyembuhan Jantung Koroner: Pengobatan Plus Modifikasi Gaya Hidup